بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ
ٱلرَّحِيمِ
Pertama-tama, penulis ingin mengawali postingan
dengan HR. Bukhari tentang surat yang ditulis oleh Nabi Muhammadﷺ (shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang isinya mengajak
agar mereka memeluk islam :
Telah
bercerita kepada kami Ibrahim bin Hamzah telah bercerita kepada kami Ibrahim
bin Sa'ad dari Shalih bin Kaisan dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah
bin 'Abdullah bin 'Utbah dari 'Abdullah bin 'Abbas radliallahu 'anhuma
bahwa dia mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menulis surat kepada Qaishar (Raja Romawi) yang isinya mengajaknya agar memeluk
Islam. Maka Beliau mengutus Dihyah Al Kalbiy dengan membawa surat Beliau
kepadanya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya agar
pertama memberikannya kepada pembesar Bushra untuk kemudian memberikanya kepada
Qaishar. Dan Qaishar, ketika Allah memenangkan dia menghadapi pasukan Persia,
dia berjalan antara kota Himsh sampai ke kota Iyliya' sebagai rasa syukur atas
kemenangan yang Allah berikan kepadanya.
Ketika
surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada Qaishar dia berkata
setelah membacanya: "Bawalah ke hadapanku seseorang yang berasal dari
kaumnya agar aku dapat bertanya kepada mereka tentang Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam". Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu berkata; Abu Sufyan bin
Harb bercerita kepadaku bahwa saat itu dia sedang berada di negeri Syam bersama
orang-orang Quraisy yang mengunjungi negeri itu dalam rangka berdagang pada
masa (perdamaian/berlangsungnya gencatan senjata) antara Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan orang-orang kafir Quraisy, Abu Sufyan berkata: "Maka
utusan Qaishar menemui kami ketika kami berada di Syam lalu dia berangkat
mengajak aku dan teman-temanku hingga ketika kami sampai di negeri Iyliya' kami
dipersilahkan masuk menemui Qaishar yang saat itu sedang duduk di majelis
kerajaannya sedang dia mengenakan mahkota sementara di sekelilingnya ada para
pembesar kerajaan Romawi.
Maka dia berkata kepada penterjemahnya:
"Tanyakanlah kepada mereka siapa diantara mereka yang paling dekat nasab
(hubungan darahnya) dengan laki-laki yang mengaku dirinya sebagai Nabi
tersebut". Abu Sufyan berkata; maka aku katakan: "Akulah orang yang
paling dekat nasabnya ". Dia bertanya: "Apa hubungan nasab kamu
dengan dia?" Aku jawab: "Dia adalah anak dari pamanku". Dan saat
itu memang tidak ada seorangpun dari keturunan Bani 'Abdu Manaf selain aku.
Lalu Qaishar berkata lagi: "Dekatkanlah dia kepadaku". Lalu dia
memerintahkan teman-temanku dan menjadikan mereka berada di belakangku berbaris
dekat bahuku. Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya: "Katakanlah
kepada teman-temannya bahwa aku bertanya kepada orang ini tentang laki-laki
yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Bila dia berdusta maka kalian dustakanlah
dia". Abu Sufyan berkata: "Demi Allah, seandainya pada saat itu bukan
karena rasa malu yang akan berdampak buruk terhadap teman-temanku (bila
berdusta) pasti aku sudah berdusta ketika dia bertanya tentang dia (Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam). Akan tetapi aku malu bila kemudian memberikan
citra buruk kepada mereka tentang kedustaan sehingga aku membenarkannya".
Kemudian dia berkata lagi kepada penterjemahnya: "Katakan kepadanya,
bagaimana hubungan nasab laki-laki ini di tengah-tengah kalian?" Aku
jawab: "Di kalangan kami, dia adalah orang yang punya nasab (keturunan)
yang baik".
Dia bertanya lagi: "Apakah pengakuannya (sebagai Nabi)
ini ada orang di antara kalian sebelum dia yang pernah mengatakannya?" Aku
jawab: "Belum pernah ada". Dia bertanya lagi: "Apakah kalian
dahulu menuduhnya dia pernah berbohong sebelum dia mengatakan pengakuannya
ini?" Aku jawab: "Tidak pernah". Dia bertanya lagi: "Apakah
dari nenek moyangnya ada yang pernah menjadi raja?" Aku jawab: "Tidak
ada". Dia bertanya lagi: "Apakah orang yang mengikutinya dari
kalangan orang-orang terpandang atau dari kalangan orang-orang lemah?" Aku
jawab: "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang lemah". Dia
bertanya lagi: "Apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang?
'". Aku jawab: "Bahkan semakin bertambah". Dia bertanya lagi:
"Apakah ada orang yang menjadi murtad kembali karena benci terhadap ajaran
agamanya setelah memeluknya?" Aku jawab: 'Tidak ada". Dia bertanya
lagi: "Apakah dia pernah berkhiyanat?" Aku jawab: "Tidak pernah.
Dan kami sekarang berada dalam masa perdamaian dan kami khawatir bila dia
berkhiyanat. Abu Sufyan berkata: "Raja tidak memberi kesempatan sedikitpun
kepadaku untuk dapat aku masukkan satu kata agar aku mencelanya (Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam) dimana aku tidak takut bila ucapan itu dapat
memberi kesan (buruk) orang lain tentang aku". Dia bertanya lagi:
"Apakah kalian memeranginya atau dia memerangi kalian?" Aku jawab:
"Ya". Dia melanjutkan: "Bagaimana kesudahan dari perang
kalian?" Aku jawab: "Kemenangan dan kekalahan silih berganti antara
kami. Terkadang dia mengalahkan kami dan kadang dalam kesempatan lain kami yang
mengalahkannya". Dia bertanya lagi: "Lalu apa yang diperintahkannya
kepada kalian?" Aku jawab: "Dia memerintahkan kami agar kami
ber'ibadah kepada Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu
apapun dan dia melarang kami (menyembah) apa yang disembah oleh nenek moyang
kami. Dia juga memerintahkan kami untuk mendirikan shalat, bershadaqah,
kejujuran, memenuhi janji dan menunaikan amanat".
Dia
berkata kepada penterjemahnya ketika aku sedang menjawab itu semua:
"Katakan kepadanya, bahwa ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya di
tengah-tengah kalian, kamu menjawab bahwa dia orang yang memiliki nasab
(kedudukan) yang baik. Dan begitulah memang seorang Rosul yang selalu diutus di
tengah-tengah nasab (keturunan) kaumnya. Dan ketika aku bertanya kepadamu,
apakah ada orang di antara kalian yang mengatakan pengakuan ini sebelum dia,
kamu menjawab tidak ada. Maka aku katakan seandainya ada seseorang dari kalian
yang pernah mengatakannya sebelum dia berarti orang ini hanya mengikuti ucapan
orang sebelum dia. Dan ketika aku bertanya apakah kalian pernah menuduhnya
berdusta sebelum dia mengucapkan pengakuannya ini, kamu menjawabnya belum
pernah. Maka dari hal itu aku mengetahui bahwa tidak mungkin dia menjauhkan perkataan
dusta terhadap manusia lalu berani berdusta terhadap Allah. Dan ketika aku
bertanya kepadamu apakah ada dari nenek moyangnya yang menjadi raja, kamu
menjawab tidak ada. Aku katakan seandainya ada dari nenek moyangnya yang pernah
menjadi raja aku katakan berarti orang ini sedang mencari (menuntut kembali)
kerajaan nenek moyangnya.
Dan ketika aku bertanya kepadamu apakah orang-orang
yang mengikutinya dari kalangan orang-orang terpandang atau orang-orang yang
lemah, kamu menjawab bahwa orang-orang yang lemahlah yang mengikutinya. Dan
memang merekalah yang menjadi para pengikut Rosul. Dan ketika aku bertanya
kepadamu apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab
bahwa mereka semakin bertambah. Dan memang begitulah iman akan terus bertambah
menjadi sempurna. Dan ketika aku bertanya kepadamu apakah ada orang yang
menjadi murtad karena benci kepada ajaran agamanya setelah dia memeluknya, kamu
menjawabnya tidak ada. Dan memang begitulah iman apabila telah masuk ke dalam
lubuk hati tidak akan ada orang yang membencinya (tentang ajaran agamanya). Dan
ketika aku bertanya kepadamu apakah dia pernah berkhiyanat kamu menjawabnya
tidak pernah. Dan memang begitulah para Rosul tidak akan berkhiyanat. Dan
ketika aku bertanya kepadamu apakah kalian memeranginya dan dia memerangi
kalian kamu menjawab telah sering terjadi peperangan dan bahwa peperangan
kalian dan dia silih berganti. Terkadang dia mengalahkan kalian dan kadang pula
kalian dapat mengalahkannya dalam kesempatan lain. Dan memang begitulah para
Rosul diuji dan kesudahannya pasti kemenangan menjadi milik mereka. Dan ketika
aku bertanya kepadamu apa yang dia perintahkan kepada kalian, kamu jawab bahwa
dia memerintahkan kalian agar kalian ber'ibadah kepada Allah dengan tidak
menyekutukuan-Nya dengan sutau apapun dan melarang kalian dari apa yang
disembah oleh nenek-moyang kalian dan dia memerintahkan kalian untuk mendirikan
shalat, bershadaqah, kejujuran, memenuhi janji dan menunaikan amanat".
Raja
berkata: "Itulah sifat-sifat seorang Nabi. Sungguh aku sudah mengetahui
bahwa Nabi terakhir telah muncul tapi aku tidak pernah menyangka kalau dia
datang dari kalangan kalian (Quraisy). Seandainya apa yang kamu ucapkan itu
benar, sungguh dia akan menguasai tanah yang sekarang berada di bawah kedua
telapak kakiku ini dan seandainya aku ada harapan untuk menjumpainya pasti aku
mengharuskan diriku untuk menemuinya. Dan seandainya aku sudah berada di
hadapannya pasti aku akan basuh kedua telapak kakinya". Abu Sufyan
berkata: "Kemudian dia meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam lalu dibacakan kepadanya yang isinya adalah;
"Bismillahir
rahmaanir rahiim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rosul-Nya, untuk Heraklius,
Raja Romawi, Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian dari pada
itu, sungguh aku menyeru kamu dengan seruan Islam. Masuklah kedalam Islam maka
kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali.
Namun bila kamu enggan maka kamu akan menanggung dosa bangsa Arisiyyiin
(Erapa).
Dan;
(Didalam surat itu Beliau menuliskan firman Allah QS Ali 'Imran ayat 63) yang
artinya:
"Hai
ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah) ".
Abu
Sufyan berkata: "Ketika sang Raja sudah menyelesaikan pernyataannya itu
tiba-tiba terdengar suara gaduh orang-orang yang berada di sekelilingnya dari
para pembesar Romawi dan semakin bertambah kegaduhan mereka dan aku tidak
mengerti apa yang mereka ucapkan. Kemudian kami diperintahkan agar keluar.
Ketika aku hendak keluar bersama teman-temanku dan aku telah menjauh dari
majelis mereka aku berkata kepada teman-temanku: "Sungguh besar perkara
anak Abu Kabsyah ini. Inilah seorang Raja Bani Ashfar (Bangsa berkulit kuning/Romawi)
yang dia juga mengkhawatirkannya". Abu Sufyan berkata lagi: "Demi
Allah, aku senantiasa merasa hina dan sangat yakin bahwa urusan (agamanya) akan
berjaya hingga akhirnya Allah membukakan hatiku untuk menerima Islam padahal
sebelumnya aku membencinya".
(HR. BUKHARI - 2723)
Sedikit
Catatan tentang abu sufyan :
Shakhr bin Harb (bahasa
Arab: صخر بن حرب;
atau lebih dikenal dengan panggilannya Abu Sufyan bin Harb (bahasa
Arab: أبو سفيان بن حرب)
adalah salah seorang pemimpin utama Bani
Quraisy di Mekkah
yang sangat menentang Muhammad, akan tetapi di kemudian hari memeluk agama Islam. Keturunan Abu
Sufyan kemudian mendirikan dinasti Umayyah yang memerintah dunia Islam antara
tahun 661–750. (Sumber : id.wikipedia.org)
Semoga postingan dalam blog ini dapat menjadi memenuhi
tujuan utama penulis yaitu menjadi pengingat bagi penulis (saya) yang sering
lupa terhadap hadits yang pernah saya cari dan sebagai arsip-arsip hadits yang
saya perlukan.
No comments:
Post a Comment